Ibu… tak terasa hari ini aku sudah dewasa. Sudah belajar hidup mandiri, belajar hidup sendiri, belajar melakukan semuanya sendiri. Melakukan semua hal- hal yang menjadi bebanmu dulu, melakukan semua pekerjaan mu dahulu. Kini aku sudah bisa melakukan semuanya sendiri.
18 tahun yang lalu aku hanya bayi yang tak berdaya. Yang hanya bisa memelas ASI darimu dengan suara tangisku, memberi tahumu kalau aku sedang ngompol dengan tangisku juga di saat tengah malam. Kau bangun di malam itu mengganti popokku walaupun matamu sudah tak sanggup lagi untuk membuka. Tapi ibu lakukan semuanya untukku. Tak sedikitpun ibu pernah merasa terbebani melakukannya, tak pernah sedikitpun ibu menolaknya, tak pernah sedikitpun ibu mengeluhnya. Hanya ada rasa ikhlas yang tulus, hanya ada rasa kasih sayang yang tak terbatas yang kurasakan dari yang ibu berikan.
Aku ingat pada saat itu waktu aku mulai belajar berjalan. Ibu pegangin tanganku sampai aku berdiri lalu, ibu tuntun aku berjalan selangkah demi selangkah, lalu ibu lepaskan tangannya dariku hingga aku terjatuh. Lalu ibu pegangin lagi tanganku sampai berdiri dan ibu terus menuntunku lagi sampai bisa berjalan. Sekarang aku tau semuanya arti semua itu ibu, aku tau artinya kau melepaskanku sejenak hingga aku terjatuh. Sekarang aku mengerti bahwa hidup itu butuh perjuangan, untuk sukses itu butuh pengorbanan layaknya aku yang terjatuh saat belajar berjalan namun ibu selalu memotivasiku untuk terus bangkit hingga aku bisa berjalan. Terima kasih ibu….
14 tahun yang lalu demi memikirkan masa depanku ibu rela berdesak- desakan berjam- jam dengan orang lain hanya untuk mendaftarkanku untuk masuk sekolah, hanya untuk anakmu ini menjadi orang yang berpendidikan dan engkau tak mau aku di pandang rendah dengan orang lain. Dan saat aku mulai masuk sekolah ibu selalu bangun lebih pagi untuk menyiapkan sarapan buatku, membuat bekal untukku, rela mengantarku sekolah, dan menungguku hingga selesai pulang sekolah. Walaupun ku tahu pada saat itu ibu masih repot dengan segala urusan rumah dan lainnya. Namun ibu rela melakukan semuanya untukku.
2 tahun yang lalu saat aku akan menempuh ujian nasional SMA engkau siang malam tak pernah berhenti sholat lima waktu dan tahajud untuk berdoa agar aku, anakmu dapat lulus dengan nilai yang baik. Walaupun aku sendiri terkadang lupa untuk mendoakan diriku sendiri. Dan terima kasih ibu akhirnya aku dapat melalui semuanya dengan mendapatkan hasil yang lumayan baik.
Sekarang aku sudah sedewasa ini rambutmu yang kian hari semakin memutih merupakan saksi atas kesabaran dan ketulusanmu selama ini membesarkanku. Tubuhmu yang semakin hari semakin membungkuk merupakan bukti ketabahan dirimu selama ini membesarkanku. Kulit tanganmu yang semakin hari semakin keriput adalah saksi doa- doa untukku yang selalu terselip di jemarimu.
Setiap tetes air susumu tak akan pernah dapat kugantikan walau dengan uang sebesar apapun. Setiap tetes air matamu yang kau teteskan saat mendoakanku tak kan mungkin kugantikan walaupun dengan sejuta berlian sekalipun. Mungkin bila dikatakan ada mahluk setengah malaikat itulah engkau. Malaikat yang mempunyai kasih sayang tulus dan cinta yang suci walaupun tak mempunyai sayap.
Thank’s IBU atas segalanya….
0 komentar:
Posting Komentar